-->

Antara Kesurupan dan Skizofrenia

1 comment
Beberapa hari terakhir, pimpinan di tempat saya bekerja mengundang seorang trainer sekaligus ahli ruqyah. Meskipun mendapat motivasi, ada efek sampingnya berupa beberapa orang yang menjadi kesurupan. Saya pun berusaha memaparkan pendapat saya sebagai seorang muslimah yang percaya kepada hal yang gaib serta seseorang yang pernah belajar di dunia medis.

Salah seorang konsulen saya pernah ditanya, apa perbedaan kesurupan dengan keadaan agitasi pada gangguan jiwa skizofrenia? Beliau pun tidak bisa memastikan, yang jelas, pasien dengan skizofrenia akan sembuh apabila menjalani pengobatan medis.

Seseorang yang mengalami agitasi/mengamuk (untuk selanjutnya akan saya sebut Pasien untuk kemudahan) pada skizofrenia maupun kesurupan biasanya tidak sadar/peduli dengan keadaan sekitarnya. Kenyataannya apa yang dia lakukan akan terasa memalukan apabila dilakukan dalam keadaan sadar penuh.

mengamuk Antara Kesurupan dan Skizofenia

Apapun penyebabnya pasien merasa tidak nyaman terhadap apa yang dia alami. Dia memerlukan bantuan orang lain agar bisa sembuh. Namun kesembuhan itu sendiri tergantung dengan kesungguhan dari pasien yang bersangkutan.

Dalam kasus skizofrenia, diperlukan adanya tilikan yang baik dari pasien. Tilikian artinya pasien sadar dan mengakui bahwa dia sakit serta mau menjalani pengobatan dan terapi lainnya agar bisa sembuh.

Sedangkan dalam kasus kesurupan, pasien biasanya mengakui bahwa dirinya kesurupan. Namun untuk kesembuhan diri, kebanyakan pasien terlalu bergantung kepada bantuan orang lain. Selain itu pasien cenderung bersembunyi dibalik wacana "Saya diganggu makhluk halus, ini bukan salah saya, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa."

Sebagai seorang muslim saya percaya dengan adanya makhluk halus seperti jin sama halnya saya percaya dengan adanya ruh yang menghuni setiap raga manusia. Allah telah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan meniupkan ruh ke dalam raga ini. Saya tidak tahu dan tidak mau tahu seperti apa wujud jin, tapi yang pasti raga ini dititipkan kepada ruh manusia.

Secara umum, yang dipercaya terjadi pada saat kesurupan adalah jin mengambil alih sebagian atau seluruh raga manusia. Sehingga, yang tampak oleh panca indera orang lain adalah pasien melakukan tindakan yang tidak sewajarnya seperti mengamuk, berteriak-teriak, atau seperti merasa kesakitan.

Keadaan yang seperti ini sama dengan pasien skizofrenia yang sedang mengalami agitasi. Biasanya pasien skizofrenia akan diberi suntikan obat penenang sehingga berhenti mengamuk atau tertidur. Sedangkan pasien kesurupan akan dibacakan bacaan dari Al-Quran, yang beberapa diantaranya malah tambah mengamuk. Jika pasien kesurupan diberi obat penenang, saya yakin mereka juga bisa tenang, namun ini tidak pernah jadi pilihan. Sedangkan bagaimana jika pasien skizofrenia dibacakan ayat Al-Quran saat agitasi, saya belum pernah melakukannya.

Beberapa hal yang terjadi saat menghadapi orang dengan kesurupan adalah keadaan panik orang-orang disekitarnya. Saat pasien berteriak-teriak kesakitan, orang-orang yang hadir cenderung memegang pasien kuat-kuat. Dalam keadaan ini beberapa pasien akan mengamuk karena merasa tidak nyaman.

Pasien yang sedang berada di alam bawah sadar, tidak semestinya dikekang bergerakan badannya. Selama dia tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain serta masih bisa diawasi, tunggulah saat keadaannya agak tenang. Silakan bacakan Al Quran dan coba ajak bicara. Hal terpenting adalah membuat pasien tenang. Karena mengamuk menghabiskan banyak energi dan biasanya setelahnya pasien akan merasa kelelahan.

Menangani skizofrenia dan kesurupan bukan hanya menenangkan saat mengamuk. Tapi bagaimana supaya tidak mengamuk lagi maupun mengalami gangguan lain seperti mendengar atau melihat sesuatu yang tidak didengar atau dilihat oleh orang lain.

Pasien skizofrenia biasanya sembuh dengan pengobatan yang teratur serta terapi kehidupan berupa agama, keluarga, dan pekerjaan. Sedangkan kesurupan, menurut ahli ruqyah adalah dengan menghilangkan penyebab utama berupa adanya hubungan dengan makhluk gaib, baik berupa benda pusaka maupun peliharaan gaib yang dimiliki oleh keluarga pasien.

Selain itu diperlukan kepercayaan yang kuat dari pasien bahwa dia lebih kuat dari makhluk gaib apapun yang mencoba mengganggunya. Jika badan manusia ibarat suatu rumah, maka Allah telah menitipkan badan ini ke ruh manusia sendiri dan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi. Lalu mengapa manusia harus merasa lemah di depan makhluk Allah yang lain. Raga, ruh, dan jin adalah ciptaan Allah. Allah meniupkan ruh ke dalam raga. Jika jin berusaha merebut raga dan ruh meminta bantuan kepada Allah yang memberinya amanah, apakah ruh manusia akan kalah?

Terlepas dari apakah seseorang mengalami skizofrenia atau kesurupan, kita sebagai orang yang berada disekitar mereka memiliki kewajiban untuk menolong mereka. Bukan hanya saat agitasi, tapi bagaimana pendekatan di saat mereka bisa diajak bicara dalam keadaan sadar. Tanamkan bahwa kita sebagai makhluk ciptaan Allah, maka yang paling berkuasa atas diri kita adalah Allah kemudian diri kita sendiri. Maka tidak akan ada makhluk lain dari golongan jin dan manusia yang bisa mengendalikan kita.

Oleh karena itu saya tidak suka dengan orang-orang yang bersembunyi di balik kata-kata "Saya begini bukan kemauan saya."

Sebagai contoh, menurut salah seorang murid saya, dulu temannya adalah murid yang taat. Setelah beberapa tahun yang lalu mendapat gangguan dari makhluk gaib, sekarang dia jadi sering melanggar peraturan. Dengan kata lain, ini bukan kemauannya, jadi bukan salah dia. Allah sudah menegaskan bahwa Syaitan akan mengganggu manusia dari berbagai arah. Lalu apabila manusia tersesat dan dimintai pertanggungjawaban, ia pun menyalahkan syaitan. Lalu apakah karena itu manusia dibebaskan? Tidak, Allah sudah mengingatkan, karena itu masuklah bersama-sama ke dalam neraka.

Maksud saya bukan berarti murid saya masuk neraka. Tapi, karena diganggu syaitan bukanlah alasan yang bisa membebaskan manusia. Karena kita disuruh untuk berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Pasien kesurupan mungkin tidak sadar saat agitasi, tapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit hingga jam. Sisanya mereka tetap sadar penuh terhadap semua hal yang mereka lakukan. Sehingga alasan salah satu murid saya tadi, tidak bisa diterima.

Saya teringat beberapa kasus kejahatan di TV yang pada akhirnya sang pelaku divonis mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid. Apa yang mereka alami adalah melihat dan bertemu dengan sesuatu yang mereka anggap makhluk gaib, mendengar dan mendapat perintah, mengerjakan kejahatan sesuai dengan perintah tersebut. Bukankah hal ini mirip dengan kesurupan? Yang jelas, apabila sang pelaku akhirnya sembuh dari apapun yang dialaminya. Dia akan tetap ingat dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Karena dia melakukan hal tersebut dalam keadaan compos mentis (sadar) di mana seluruh panca inderanya berfungsi dengan baik. Namun jika dia bertaubat, tentu Allah menerima orang yang benar-benar bertaubat.

Jadi kesimpulan yang ingin saya sampaikan di sini adalah

- Dalam menghadapi pasien agitasi karena apapun, jangan panik, yang penting pasien tidak mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Berusaha menenangkan pasien dengan cara yang bisa dilakukan.
- Untuk pasien sendiri, percayalah, Anda tidak sendiri. Makhluk apapun yang mengganggu Anda, Allahlah pencipta semua makhluk. Yang paling berkuasa terhadap diri Anda adalah Allah kemudian diri Anda sendiri. Yang lain tidak ada apa-apanya.
- Jangan bersembunyi dibalik alasan makhluk apapun terhadap apa yang Anda perbuat. Setiap diri bertanggung jawab atas amal perbuatan mereka masing-masing.

Wallahu a'lamu

Related Posts

1 comment

Post a Comment